Transformator Dalam Hubungannya Primer dan Sekunder
Henwi Adi Cahyo dan Djodi
Antono, B.Tech., M.Eng.
ahenwi1@gmail.com
Program Studi
D3 Teknik Listrik
Jurusan
Teknik Elektro POLINES
Jln. Prof.Sudarto Tembalang
Semarang INDONESIA
Intisari
Transformator adalah suatu
peralatan listrik yang mengubah daya listrik AC pada level tegangan yang satu
ke level tegangan yang lain berdasarkan prinsipkondisi elektromagnetiknya tanpa
mengubah frekuensinya. Transformator step up adalah transformator yang memiliki
belitan sekunder lebih banyak sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan,
sedangkan transformator step down adalah transformator yang memiliki lilitan
sekunder lebih sedikit dibandingkan lilitan primer sehingga berfungsi sebagai
penurun tegangan.
Kata Kunci, Transformator, Lilitan Primer dan Lilitan Sekunder
I.
PENDAHULUAN
Seiring
meningkatnya tuntutan manusia akan kemudahan dalam proses penyaluran energi
listrik, maka berbagai usaha akan ditempuh dengan penerapan ilmu dan teknologi,
usaha tersebut semakin mudah dilakukan ketika manusia mampu mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Berbagai masalah yang dapat dijadikan implementasi
adalah dari ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu salah satunya dala hal
mengubahnya daya listrik AC dari suatu level ke level yang lain dalam suatu
instalasi kelistrikan.
Proses
Kerja transformator telah menjadi tinjauan yang penting dalam suatu instalasi
listrik, pemakaian transformator dalam suatu instalasi listrik menjadi hal
pokok yang sangat berpengaruh pada kelangsungan dan kemajuan proses penyaluran
energi listrik, beberapa hal yang nampak mencolok dari hasil penggunaan
transformator adalah beragam jenis perangkat elektronik yang dapat digunakan
pada instalasi listrik dengan tegangan yang cukup tinggi.
II.
ISI
A.
Pengertian Transformator
Transformator atau yang lebih
dikenal dengan “trafo” sejatinya adalah suatu peralatan listrik yang mengubah
daya listrik AC pada satu level tegangan berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik tanpa merubah
frekuensinya. Transformator biasa digunakan untuk mentransformasikan tegangan
(menaikkan atau menurunkan tegangan AC). Selain itu transformator juga dapat
digunakan untuk sampling tegangan, sampling arus dan juga mentransformasikan
impedansi. Transformator terdiri dari dua atau lebih kumparan yang membungkus
inti besi feromagnetik. Kumparan – kumparan tersebut biasanya satu sama lain
tidak dihubungkan secara langsung. Kumparan yang satu dihubungkan dengan sumber
listrik AC (kumparan primer) dan kumparan yang lain mensuplai istrik ke beban
(kumparan sekunder). Bila terdapat lebih dari dua kumparan tersebut akan
disebut sebagai kumparan tersier, kuarter, dan sebagainnya.
Transformator
bekerja berdasarkan prinsip elektromagnetik. Ketika kumparan primer dihubungkan
dengan sumber tegangan bolak – balik, perubahan arus listrik pada kumparan
primer menimbulkan perubahan medan magnet. Medan magnet yang berubah diperkuat
oleh adanya inti besi. Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi yang
ditimbulkan oleh arus listrik yang
melalui kumparan sehingga fluks magnet yang timbul akan mengalir ke kumparan
sekunder, sehingga pada ujng – ujung kumparan sekunder akantimbul GGL ( gerak
gaya listrik) induksi. Efek ini dinamaka timbal balik (mutual inductance). Bila pada rangkaian sekunder ditutp (rangkaian
beban ) maka akan mengallir arus pada kumparan sekunder. Jika efisiensi sempurna
(100%), semua daya pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan sekunder.
Bagian
transformator adalah dua buah kumparan yang keduanya dililitkan pada sebuah
inti besi lunak. Kedua kumparan tersebut memiliki jumlah lilitan yang berbeda .
kumparan yang dihubungkan dengan sumber tegangan AC disebut kumparan primer,
sedangkan kumparan yang lain disebut kumparan sekunder.
Jika
kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan AC (dialiri arus listrik
AC), besi lunak akan menjadi elektromagnet. Karena arus yang mengalir tersebut
adalah arus AC, garis–garis elektromagnet selalul berubah – ubah.Oleh karena
itu , garis – garis yang dildingkupi oleh kumparan sekunder juga berubah –
ubah. Perubahan garis gaya itu menimbulkan GGL induksi pada kumparan sekunder. Hal itu menyebabkan pada kumparan sekunder mengalir arus AC (arus induksi)
B.
Prinsip Kerja Transformator
Transformator terdiri atas dua
buah kumparan (primer dan sekunder) yang bersifat induktif. Kedua kumparan ini
terpissah secara elektris namun berhubungan secara magnetis melalui jalur yang
memiliki reluktansi (reluctance) rendah.
Apabila kumparan primer
dihubungkan dengan sumber tegangan bolak – balik maka fluks bolak – balik akan
muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut membentuk
jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di kumparan
primer maka di kumparan primer atau disebut sebagai induksi bersama (mutual
induction) yang menyebabkan timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka
mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi
listrik dapat ditransfer keseluruhan (secara magnetisasi). Prinsip dasar suatu
transformator adalah induksi bersama (mutual induction) antara dua rangkaian
yang dihubungkan oleh fluks magnet.
Dalam bentuk yang lebih sederhana
transformator terdiri dari dua buah kumparan induksi yang secara listrik
terpisah tetapi secara magnet dihubungkan oleh suatu path yang mempunyai
relaktansi yang rendah.Kedua kumparan tersebut mempunyai mutual induction yang
tinggi. Jika salah satu kumparan dihubungkan dengan sumber tegangan bolak –
balik, fluks bolak – balik timbul di dalam inti besi yang dihubungkan dengan
kumparan yang lain menyebabkan GGL (gerak gaya listrik) induksi (sesuai dengan
induksi elektro magnet) dari hukum faraday, Bila arus bolak – balik mengalir
pada induktor, maka akan timbul GGL (gerak gaya listrik).
C. Komponen Transformator
Komponen transformator terdiri dari dua bagian yaitu,
peralatan utama dan peralatan bantu.
Peralatan utama transformator terdiri dari :
a. Kumparan Trafo
Kumparan trafo terdiri dari beberapa lilitan kawat
tembaga yang dilapisi dengan bahan isolasi (karton, pertinax, dan lain- lain )
untuk mengisolasi baik terhadap inti besi maupun kumparan lain. Untuk trafo
dengan daya besar lilita dimasukkan dalam minyak trafo sebagai media pendingin.
Banyak lilitan akan menentukan besar tegangan dan arus yang ada pada sisi dekunder. Kadang kala transformator
memiliki kumparan tertier. Kumparan tertier diperlukan untuk memperoleh
tegangan tertier atau untuk kebutuhan lain. Untuk kedua keperluan tersebut
kumparan tertier selalu dihubungkan delta. Kumparan tertier juaga sering juga
untuk dipergunakan penyambungan peralatan bantu seperti kondensator synchrone,
kapasitor shunt, dan reactor shunt.
b. Inti Besi
Inti besi ternuat dari lempengan feromagnetik tipis yang
berguna untuk mempermudah jalan fluksi yang ditimbulkan oleh arus listrik
melalui kumparan. Inti besi ini juga diberi isolasi untuk mengurangi panas
(sebagai rugi – rugi besi) yang ditimbulkan oleh arus eddy “Eddy Current”.
c.
Minyak Trafo
Minyak
trafo berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi. Minyak trafo mempunyai
sifat media pemindah panas (disirkulasi) dan mempunyai daya tegangan tembus
tinggi.Pada power transformator, terutama yang berkapasitas besar, kumparan –
kumparan daninti besi transformator direndam dalam minyaak trafo. Syarat suatu
cairan bisa dijadikan sebagai minyak trafo adalah sebagai berikut:
1.
Ketahanan isolasi harus tinggi
(>10kV/mm)
2.
Berat jenis harus kecil , sehingga partikel – partikel inert di dalam
minyak dapat mengendap dengan cepat
3.
Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersikulasi dan kemampuan pendingin menjadi lebih baik
4.
Titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yang akan membahayakan
5.
Tidak dapat merusak bahan isolasi padat
6.
Mempunyai sifat kimia yang stabil
d. Bushing
Bushing adalah sebuah konduktor (porselin) yang menghubungkan kumparan transformator dengan jaringan luar.
Bushing diselubungi dengan suatu isolator dan berfungsi sebagai konduktor
tersebut dengan tangki transformator. Selain itu juga berfungsi sebagai
pengaman hubung singkat antara kawat yang bertegangan dengan tangki trafo.
e.
Tangki dan Konservator
Khusus untuk transformator basah, pada umumnya bagian –
bagian trafo yang terendam minyak trafo ditempatkan di dalam tangki baja.
Tangki trafo – trafo distribusi pada umumnya dilengkapi dengan sirip- sirip
pendingin (cooling fin)yang berfungsi memperluas permukaan dinding tangki,
sehingga penyaluran panas minyak pada saat konveksi menjadi semakin baik dan
efektif untuk menampung pemuaian minyak trafo, tangki dilengkapi dengan
konservator.
D. Hukum Dasar Transformator
1.
Hukum Maxwell
Persamaan Maxwell, apabila disederhanakan menjadi:
Hl=IN
Dimana:H = Kuat Medan Magnet
l =
Panjang Jjalur
I =
Arus Listrik
N = Jumlah Belitan
Hl = IN adalah Gaya Gerak Magnet yang
merupakan penghasil fluks
2.
Hukum Induksi Faraday
Hukum utama yang digunakan pada prinsip
kerja trafo adalah Hukum Induksi Faraday. Menurut Hukum Induksi Faraday, maka
integral garis suatu gaya listrik melalui garis lengkung yang tertutup adalah
berbanding lurus dengan perubahan tersebut. Rumus Hukum Faraday sbagai berikut
:
Dimana
:
E = Gaya Listrik yang disebabkan Induksi
(V/m)
Dl= Unsur Panjang (m)
B = Induksi magnetik / kerapatan fluks
(Webber/m2)
dA = Unsur Luas (m2)
Sedangkan arus induksi (fluks) adalah integral permukaan dari pada induksi
magnit melalui suatu luas yang dibatasi oleh garis lengkung tersebut diatas.
Rumus arus induksi adalah :
Dimana :
Φ = Arus Induksi / Fluks (Weber)
B = Induksi Magnet (
Webber/ m2)
dA= Unsur Luas (m2)
Apabila rumus hukum induksi disederhanakan menjadi:
Dimana :
E = Gaya gerak Listrik
N = Jumlah lilitan
Φ = Arus Induksi / Fluks (Weber)
E. Jenis Transformator
1.
Step Up
Transformator
step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih banyak
daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan.
Transformator ini biasa ditemui pada pembangkait tenaga listrik sebagai penaik
tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi yang digunakan dalam
transmisi jarak jauh.
2.
Step Down
Transformator step
doen adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih sedikit dari
pada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator
jenis ini sangat mudah ditemui, terutama dalam adaptor AC-DC.
F. Transformator 1 Phase
Pada sekema
transformator di atas, ketika arus listrik dari sumber tegangan yang mengalir
pada kumparan primer berbalik arah (berubah polaritasnya) medan magnet yang
dihasilkan akan berubah arah sehingga arus listrik yang arus listrik yang
dihasilkan pada kumparan sekunder akan berubah polaritasnya.
Hubungan
antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder, dan jumlah
lilitan sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan:
Dimana :
Vp
= tegangan primer (volt)
Vs
= tegangan sekunder (volt)
Np
= jumlah lilitan primer
Ns
= jumlah lilitan sekunder
Prinsip kerja trafo 1 fasa
adalah kumparan primer dihubungkan dengan tegangan (sumber), maka akan mengalir
arus bolak – balik I1 pada kumparan tersebut. Oleh karena kumparan
mempunyai inti , arus I1, menimbulkan fluks magnet yang juga berubah
– ubah, pada intinya akibat adanya flluks magnet yang berubah – ubah , pada
kumparan primer akan timbul GGL induksi. Untuk mencari GGL yang dibangkitkan
maka maka persamaan yang digunakan :
E1 = Ep = 4,44.f.Np..Φmnt.10-8
E1 = Es
= 4,44.f.Np..Φmnt.10-8
· Kontruksi Trafo 1 Fasa
Gambar 10. Konstruksi Trafo 1 Fasa
Dalam keadaan
sederhana transformstor mempunyai bagian – bagian sebagai berikit :
1. Kumparan Primer yaitu kumparan trafo yang
dihubungkan ke sumber tegangan.
2. Kumparan Sekunder yaitu kumparan trafo yang
dihubungkan dengan beban.
3. Inti yang dibuat dari lapisan plat dinamo.
G.
Transformator 3 Phase
Transformator 3 fasa pada dasarnya merupakan Transformator 1 fase yang
disusun menjadi 3 buah dan mempunyai 2 belitan, yaitu belitan primer dan
sekunder. Ada dua metode utama untuk menghubungkan belitan primer yaitu
segitiga dan bintang (delta dan wye). Sedangkan pada belitan sekundernya dapat
dihubungkan segitiga, bintang dan zig- zag (Delta, Wye, dan Zig- zag). Ada juga
hubungan dalam bentuk khusus yaitu hubungan open – delta (VV connection).
Pada sistem tanaga listrik 3 fase, idealnya daya listrik yang dibangkitkan
, disalurkan dan diserap oleh beban semuanya seimbang., P pembangkitan = P
pemakaian, dan juga pada tegangan yang seimbang. Pada tegangan yang seimbang
terdiri dari tegangan 1 fase yang mempunyai magnitude dan frekuensi yang sama
tetapi antara 1 fase dengan yang lainnya mempunyai beda fase sebesar 120o
listrik, sedangkan secara fisik mempunyai perbedaan sebesar 60o , da
dapat dihubungkan secara bintang atau segitiga.
menunjukkan fasor diagram dari tegangan 3
fase. Bila fasor – fasor tegangan tersebut berputar dengan kecepatan sudut dan
dengan arah berlawanan jarum jam ( arah positif), maka nilai maksimum positif
dari fase terjadi berturut – turut untuk fase V1, V2 dan V3. Sistem 3 fase
ini dikenal sebagai sistem yang
mempunyai urutan fasa a – b – c . Sistem tegangan 3 fase dibangkitkan oleh
generator sinkron 3 fase.
1.
Konfigurasi Transformator 3 Fasa :
·
Transformator hubungan segitiga – segitiga (delta – delta) .
Baik belitan primer dan sekunder dihubungkan secara delta. Belitan primer
terminal 1U, 1V dan 1W dihubungkan dengan suplai tegangan 3 fasa. Sedangkan
belitan sekunder termnal 2U, 2V, 2W disambungkan dengan sisi beban. Pada
hubungan delta (segitiga) tidak ada titik netral , yang diperoleh ketiganya
merupakan tegangan line ke line yaitu L1, L2, dan L3. Dalam hubungan delta –
delta, tegangan pada sisi primer (sisi masukan) dan sisi sekunder (sisi
keluaran) adalah dalam satu fasa dan pada aplikasinya, jika beban seimbang
dihubungkan ke saluran 1-2-3, maka hasil arus keluaran adalah sama besarnya.
Hal ini menghasilkan arus line imbang dalam saluran masukan A-B-C. Seperti
dalam beberapa hubungan delta,bahwa arus line adalah 1,73 kali lebih besar dari
masing – masing arus IP (arus primer) dan Is (arus sekunder) yang
mengalir dalam lilitan primer dan sekunder. Power rating untuk transformator 3
fasa adalah 3 kali rating transformator tunggal.
·
Transformator
hubungan bintang – bintang (wye – wye)
Ketika transformator dihungkan
secara bintang – bintang, yang perlu diperhatikan adalah mencegah pentimpangan
dari tegangan line ke netral (fase ke
netral). Cara untuk mencegah menyimpangan adalah menghubungkan netral untuk
primer ke netral sumber yang biasanya dengan cara ditanahkan (grounding). Cara
lain adalah dengan menyediakan setiap transformator dengan lilitan ke tiga,
yang disebut lilitan “ tertiary”. Lilitan tertiary untuk tiga transformator
dihubungkan secara delta, yang sering menyediakan cabang yang melalui tegangan
dimana transformator dipasang. Tidak ada beda fasa antara tegangann line
transmisi masukan dan keluaran untuk transformator yang dihubungkan bintang - bintang
·
Transformator
hubungan seditiga – bintang (delta – wye)
Pada hubungan segitiga – bintang (delta –
wye), tegangan yang melalui setiap lilitan primer adalah sama dengan tegangan
line masukan. Tegangan saluran keluaran adalah sama dengan 1,73 kali tegangan
sekunder yang melalui setiap transformator. Arus line pada phasa A, B dan C
adalah 1,73 kali arus lilitan pada lilitan sekunder. Arus line pada fasa 1,2,
dan 3 adalah sama dengan arus pada lilitan sekunder.
Hubungan delta – bintang
menghasilkan fasa 30o antara
tegangan saluran masukan dan saluran transmisi keluaran. Maka dari itu,
teggangan line keluaran E12 adalah 30o mendahului tegangan line
masukan EAB, seperti dapat dilihat dari diagram phasor. Jika saluran keluaran
memasuki kelompok beban terisolasi, beda fasanya tidak masalah. Tetapi jika
saluran dihubungkan pararel dengan saluran masukan dengan sumber lain , besa
fasanya 30o mungkin akan
membuat hubungan pararel tidak memungkinkan, sekalipun jika saluran tegangannya
sebaliknya identik.
Keuntungan penting dari hubungan
bintang adalah bahwa akan menghasilkan banyak isolasi / penyekatan yang
dihasilkan di dalam transformator. Lilitan HV (High Voltage) telah diisolasi/
dipisahkan hanya 1/1,73 atau 58% dari tegangan saluran.
·
Transformator hubungan segitiga terbuka (open delta)
Hubungan open delta ini untuk
mengubah tegangan sistem 3 fasa dengan menggunakan hanya 2 transformator yang
dihubungkan secara open-delta. Rangkaian open – delta adalah identik dengan
rangkaian delta – delta, kecuali bahwa satu transformator tidak ada.
Bagaimanapun, hubungan open delta jarang digunakan sebab hanya mampu dibebani sebesar 86,6% (0,577 x 3 x
rating trafo) dari kapasitas transformator yang terpasang .
Sebagai contoh,
jika 2 transformator 50 kVA dihubungkan secara open delta , kapasitas
transformator bank yang terpasang adalah jelas 2 x 50 = 100 kVA, karena
terhubung open- delta, maka transformator hanya dapat dibebani 86.6 kVA sebelum
transformator mulai menjadi overheat. Hubungan open – delta utamanya digunakan
dalam situasi darurat . Maka jika 3 transformator dihubungkan secara delta-
delta dan salah datunya rusak dan harus diperbaiki/dipindahkan, maka hal ini
memungkinkan .
·
Transformator hubungan Zig – Zag
Transformator dengan hubungan Zig- zag
memiliki ciri khusus, yaitu belitan primer memiliki tiga belitan, belitan
sekunder memiliki enam belitan dan biasa digunakan untuk beban yang tidak
seimbang (asimetris) artinya beban antar fasa tidak sama , ada yang lebih besar
ada yang lebih kecil. menunjukkan belitan primer 20 kV terhubung dalam bintang
L1, L2, dan L3 tanpa netral N dan belitan sekunder 400 V merupakan hubungan Zig
– zag dimana hubungan dari enam belitan sekunder saling menyiilang satu dengan
lainnya. Saat beban terhubung dengan phasa U
dab N arus sekunder I2 mengalir melalui balitan phasa U dan phasa S.
Bentuk vektor tegangan Zig – zag garis
tegangan bukan garis lurus, tetapi bergeser dengan sudut 60o.
· Daya Pada Sistem 3 Fase
a.
Daya sistem 3 fase pada beban yang seimbang
Jumlah daya yang diberikan oleh suatu generator 3 fase
atau daya yaang diserap oleh beban 3 fase, diperoleh dengan menjumlahkan daya dari tiap – tiap fase. Pada sistem yang
seimbang, daya total tersebut sama dengan tiga kali daya fase karena daya pada
tiap – tiap fasenya sama.
Jika sudut antara arus dan tegangan adalah sebesar Ө, maka besarnya daya
perfasa adalah:
Pfase = Vfase.Ifase.cosӨ
Sedang besarnya total dayaa adalah penjumlahan
dari besarnya daya tiap fase, dan dapat dituliskan:
PT = 3.Vf.If.cosӨ
Pada hubungan bintang, karena besarnya
tegangan saluran adalah 1,73 Vfase maka tegangan perfasanya menjadi Vline/1,73,
dengan nilai arus saluran sama dengan arus fase, IL = If, maka daya total
(Ptotal) pada rangkaian hubungan bintang (Y) adalah:
PT = 3.VL/1,73.IL.cosӨ= 1,73.VL.IL.cosӨ
Dan pada hubungan segitiga, dengan
besaran tegangan line yang sama dengan tegangan fasaya, VL = Vfasa, dan besaran
arusnya Iline= 1,73 Ifase, sehingga arus perfasanya menjadi IL/1,73, maka daya
total (Ptotal pada rangkaian segitiga adalah :
PT = 3.IL/1,73.VL.cosӨ = 1,73.VL.IL.cosӨ
Dari persamaan total daya pada kedua
jenis hubungan terlihat bahwa besarnnya daya pada kedua jenis hubungan adalah
sama, yang membedakan hanya pada tegangan kerja dan arus yang mengalirinya saja, dan berlaku pada kondisi
beban yang seimbang.
b.
Daya sistem 3 fase pada beban yang tidak seimbang
Sifat terpenting dari pembebanan yang
seimbang adalah jumlah phasor dari ketiga tegangan adalah sama dengan nol ,
begitu pula dengan jumlah phasor dari arus pada ketiga fase juga sama dengan
nol. Jika impedansi beban dari ketiga fase tidak sama, maka jumlah phasor dan
arus netalnya (In) tidak sama dengan nol
dan beban dikatakan tidak seimbang. Ketidakseimbangan beban ini dapat saja terjadi karena hubung
singkat atau hubung terbuka pada beban.
Dalam sistem 3 fase ada 2 jenis
ketidakseimbangan, yaitu :
1.
Ketidakseimbangan pada beban
2.
Ketidak seimbangan pada sumber listrik
Kombinasi dari kedua ketidakseimbangan sangatlah rumit
untuk mencari pemecahan permasalahannya, oleh karena itu kami hanya akan
membahas mengenai ketidakseimbangan beban dengan sumber listrik yang seimbang.
. Ketidakseimbangan beban pada sistem
3 fase
Pada saat terjadi gangguan, saluran
netral pada hubungan bintang akan teraliri arus listrik . Ketidakseimbangan
beban pada sistem tiga fase dapat diketahui dengan indikasi naiknya arus pada
salah satu fase dengan tidak wajar, arus pada tiap fase mempunyai perbedaan
yang cukup signifikan hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan.
III.
PENUTUP
Demikianlah makalah
mengenai Transformator dalam Hubungannya
Primer dan Sekunder. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesainya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembuatan
atau sebagai referensi dalam karya tulis lainnya.
REFERENSI
[1]
BAB II TRANSFORMATOR.pdf, (Online),
(http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd
=2&cad=rja&ved=0CDYQFjAB&url=http%3A%2F%2Frepository.us
u.ac.id%2Fbitstream%2F123456789%2F19821%2F3%2FChapter%25
20II.pdf&ei=hXRFUtvTDMP-rAeUwoGoCQ&usg=AFQjCNHfyS 8SNWOJg-neeYlDEu4hrR84-w&sig2=ZOPckQQMYnZRK98yIUt
U7Q&bvm=bv.53217764,d.bmk, diakses 25 Oktober 2013)
[2]
Budi Santoso. 2 Februari 2010. Vektor jam:Vektor Grup Trafo
3 Fasa 2 Belitan, (Online),
(http://budi54n.wordpress.com/2010/02/02/vektor-jam-vektor-grup-trafo-3-fasa-2-belitan,
diakses 25 Oktober 2013)
[3]
Zulhal, Prof, Dr,. 2004. Prinsip Dasar Elektroteknik.
Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.
[4]
M. Arfan Pratama. 29 April 2013. Prinsip-Prinsip Dasar Transformator,
(Online), (http://blogs.itb.ac.id/el2244k0112211033 muhammadarfanpratama,
diakses 26 Oktober 2013).
[5]
Ricke Dwana. 30 April 2013. Transformator (TRAFO) 3 Fasa,
(Online),
(http://rice-ceria.blogspot.com/2013/04/transformator-trafo-3-fasa.html,
diakses 27 Oktober 2013).
[6]
Transformator. Wikipedia, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/
Transformator, diakses 5 November 2013).